Jakarta – Salah seorang Budayawan yang bernama Ridwan Saidi memperhatikan proses hukum kepada beberapa relawan pasangan calon presiden dan wakil presiden no urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno. Ridwan menilai, bahwa penangkapan para relawan Prabowo menunjukkan kepanikan rezim. Hal itu di sampaikna Ridwan ketika berada dalam Diskusi Publik Topic of the Week bertajuk “Jelang Pilpres, Jokowi Blunder dan Panik?” di Kantor Sekretariat Nasional Prabowo-Sandi, Jakarta, pada 12/2/2019.
“Saya adalah kepala kampanye PPP (Partai Persatuan Pembangunan) tahun 1972 dan 1982, waktu itu tidak begini situasinya. Sekarang tangkap sana, tangkap sini. Orang enggak jelas kesalahannya. Katanya kampanye awal, padahal banyak orang kampanye awal enggak diapa-apain,” ungkap Ridwan.
Ridwan mengulas kembali penetapan tersangka Ketua Umum (Ketum) Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif. Slamet Maarif di jadikan tersangka kasus dakwaan kampanye di luar jadwal Komisi Pemilihan Umum (KPU).
“Penangkapan ini psikologi orang yang mengerti akan kalah. Rezim sekarang takut. Harusnya mereka tidak melakukan penangkapan-penangkapan,” jelas Ridwan.
Ridwan menilai, bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden no urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno akan memenangi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang mengalahkan pasangan capres-cawapres kubu Petahana.

“Kagak ada hitung-hitungannya mereka (Jokowi-Maruf) bakal menang. Ini udah (sudah) jodohnya Prabowo presiden. Cuma kita jangan sombong, tetap kita rendah hati,” kata Ridwan.
Di dalam diskusi tersebut di datangi oleh Wakil Ketua DPR Fadli Zon, Dai Nasional Ustaz Fahmi Salim, serta Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Aad Satria Permadi. Pada saat membuka diskusi tersebut, Ketua Sekretariat Nasional Prabowo-Sandi, Muhammad Taufik menyatakan, bahwa adanya ketakutan rezim.
“Ketum PA 212 jadi tersangka, ini bagian dari kepanikan. Kalau blunder terus terus, insyaalah ini tanda-tanda kita mau menang. Mereka bisa tangkap semua yang berhubungan dengan Pak Prabowo dan Pak Sandi. Tapi mereka tidak bisa kerangkeng kehendak rakyat untuk melakukan perubahan,” tutup Taufik.